Tekanan Impor, Peluang Lokal, dan Tanggung Jawab Rantai Pasok

Mesliii_drs

11/27/20251 min read

Industri baja Indonesia memang sedang diuji: dari gelombang impor, penutupan pabrik, hingga tekanan harga dan suplai.

Tapi di sisi lain, untuk distributor, supplier, toko material, dan kontraktor — ini bisa jadi momentum untuk kebangkitan industri lokal. Melalui kolaborasi, komitmen pada kualitas, dan dukungan regulasi, baja Indonesia masih punya peluang besar untuk menjadi fondasi pembangunan nasional.

Kuncinya: menjaga rantai pasok, mendukung produk lokal, dan memastikan mutu — agar industri baja dalam negeri bisa bangkit dan berdaya saing, bukan hanya di pasar domestik, tapi juga global.

Indonesia tengah menghadapi kenyataan bahwa meskipun konsumsi baja terus meningkat — seiring proyek infrastruktur dan konstruksi yang masif — industri baja nasional mendapatkan tekanan berat dari impor baja murah.

Menurut data dari institusi terkait, konsumsi baja nasional pada 2024 mencapai 18,58 juta ton, namun tidak seluruhnya diproduksi di dalam negeri—produksi domestik hanya mencakup sebagian dari kebutuhan tersebut.

Akibatnya, banyak pelaku industri dalam negeri — pabrik, distributor, supplier, hingga toko material — merasakan dampaknya. Tekanan harga dan persaingan dari produk impor membuat mereka harus berebut pangsa pasar.