Prediksi Kebutuhan Besi Beton (Rebar) Indonesia 2026 — Lokal & Ekspor

Berdasarkan data dan tren industri hingga 2024–2025, permintaan besi beton (reinforcing bar / rebar) domestik Indonesia diperkirakan berada di kisaran 18–20 juta ton per tahun pada 2026, dengan rentang skenario (paling pesimis ≈ 18,3 Mt — netral ≈ 19,4 Mt — optimis ≈ 20,2 Mt). Ekspor rebar diperkirakan tersisa relatif kecil dan volatil dibanding pasar domestik — ekspor lebih banyak didorong oleh produk baja olahan tertentu sementara pengiriman rebar ke luar negeri tetap terbatas.

Kenny Wijaya

11/28/20253 min read

  1. Tingkat konsumsi terkini (baseline): Laporan sektor menunjukkan konsumsi domestik sekitar ~18,3–18,6 juta ton pada periode 2023–2024. Angka ini kami gunakan sebagai titik awal proyeksi karena mewakili “apparent steel demand” yang relevan untuk kebutuhan konstruksi termasuk rebar. Kredit Rating Indonesia+1

  2. Dinamika 2024–2025 yang memengaruhi 2026:

    • Pemerintah dan swasta memutuskan beberapa penyesuaian belanja infrastruktur yang pada beberapa periode menekan permintaan baja di dalam negeri. Jika belanja infrastruktur dipangkas atau melambat, permintaan rebar juga turun. Iisia

    • Di sisi lain, sebagian permintaan didorong oleh proyek residensial, energi terbarukan kecil, perbaikan infrastruktur lokal, dan penggantian material yang aus — faktor yang mendukung permintaan moderat. Sumber-sumber pasar menilai ada tekanan namun juga ruang untuk pemulihan tergantung kebijakan fiskal.

Proyeksi numerik (tiga skenario)

Kita ambil baseline 18,3 juta ton (2024) sebagai contoh titik awal — lalu proyeksikan ke 2026 (2 tahun ke depan) menggunakan tiga skenario pertumbuhan tahunan gabungan:

  • Skenario Pesimis (0% CAGR): Permintaan ≈ 18,3 juta ton (tidak tumbuh — risiko: pemangkasan belanja infrastruktur, pelemahan properti). Iisia

  • Skenario Netral / Moderat (≈3% per tahun): Permintaan ≈ 18,3 × 1,03² ≈ 19,4 juta ton. Ini merefleksikan pemulihan lambat + konsumsi domestik tetap stabil. Kredit Rating Indonesia.

  • Skenario Optimis (≈5% per tahun): Permintaan ≈ 18,3 × 1,05² ≈ 20,2 juta ton — didorong oleh akselerasi proyek infrastruktur, pembangunan perumahan, dan substitusi material.

    towardschemandmaterials.com

Catatan: angka di atas dibuat konsisten dengan estimasi konsumsi nasional dan laporan pasar regional; variasi hasil nyata tergantung kebijakan fiskal, kondisi properti China (yang memengaruhi harga global), dan fluktuasi harga scrap/energi.

Dasar Proyeksi — Apa yang menjadi asumsi ?

  1. Peran ekspor: Ekspor produk baja Indonesia meningkat untuk beberapa jenis produk olahan, tetapi ekspor rebar khususnya relatif kecil/volatil (data pengiriman/shipments menunjukkan jumlah yang terbatas dan tidak konsisten). Oleh sebab itu ekspor tidak diharapkan menjadi sumber pertumbuhan volume rebar yang besar pada 2026, meskipun peluang pasar regional ada jika harga dan logistik mendukung.

Bagaimana pembagian antara konsumsi lokal vs ekspor?

  • Konsumsi lokal: Mayoritas (>90% dari total rebar yang diproduksi/diimpor) digunakan untuk proyek domestik (perumahan, infrastruktur jalan/jembatan, komersial, industri). Oleh karena itu, bila kita memproyeksikan total kebutuhan rebar ~19–20 Mt, sekitar ~17–19 Mt akan tetap dikonsumsi domestik pada 2026 dalam skenario netral–optimis. Kredit Rating Indonesia

  • Ekspor rebar: Volume relatif kecil dan tidak stabil — beberapa tahun ada pengiriman ke negara tetangga, namun data shipment menunjukkan jumlah yang terbatas (contoh: data shipment beberapa puluh kali dalam setahun). Ekspor rebar kemungkinan hanya mencapai puluhan hingga ratusan ribu ton pada kasus tertentu, bukan jutaan ton. Dengan kata lain, domestik tetap pasar utama.

Faktor risiko & ketidakpastian utama

  1. Kebijakan belanja infrastruktur: Percepatan atau pemangkasan dana infrastruktur langsung memengaruhi permintaan Besi Beton.

  2. Harga bahan baku & energi: Kenaikan harga scrap atau listrik akan menaikkan biaya produksi sehingga memengaruhi supply dan harga akhir.

  3. Perkembangan ekonomi global (termasuk China): Permintaan ekspor dan harga global dapat berubah jika permintaan China untuk baja berubah.

  4. Regulasi lingkungan & dekarbonisasi: Peralihan teknologi produksi (EAF vs BF-BOF) dan regulasi emisi bisa memengaruhi kapasitas dan biaya jangka menengah.

Implikasi untuk pelaku industri (distributor / pabrik / eksportir)

  • Distributor & toko bahan bangunan: Siapkan stok fleksibel dan strategi harga skenario (kontrak pendek, hedging harga bila memungkinkan). Fokus pada produk bernilai tambah (mis. SNI-berlabel, wiremesh, produk coated) agar tetap kompetitif.

  • Produsen lokal: Tingkatkan efisiensi energi dan penggunaan scrap (EAF) untuk memitigasi volatilitas biaya; pertimbangkan diversifikasi produk (produk olahan yang punya permintaan ekspor).

  • Eksportir: Cari ceruk regional (ASEAN, Oceania) untuk rebar tertentu; jangan mengandalkan ekspor massal tanpa kontrak jangka panjang karena pasar rebar cenderung regional dan harga-sensitif.

Penutup

Perkiraan kebutuhan rebar Indonesia untuk 2026 berkisar ±18–20 juta ton, dengan porsi dominan untuk pasar domestik. Angka pasti bergantung pada keputusan belanja infrastruktur, kondisi ekonomi regional/global, dan dinamika biaya input. Jika Anda mau, saya bisa membuat tabel terperinci (angka per tahun 2022–2026), grafik proyeksi dalam 3 skenario, atau ringkasan landasan data (source-by-source) sebagai file PDF/Excel untuk presentasi — beri tahu format yang Anda butuhkan.

Sumber utama yang digunakan (pilihan): IISIA / laporan mingguan industri baja, laporan sektor (KreditRatingIndonesia), data ekspor BPS, database shipment (Volza), dan riset pasar rebar/merchant (6WResearch / SEAISI).