Dari Konsumen Menjadi Eksportir: Kebangkitan Industri Besi dan Baja Ringan Indonesia
Ekspor besi dan baja ringan Indonesia memiliki potensi besar dan merupakan simbol keberhasilan hilirisasi, meskipun tetap dihadapkan pada persaingan dan tantangan logistik global.
Mesliii_drs
12/13/20251 min read
1. Peningkatan dan Capaian Ekspor
Lonjakan Nilai dan Volume: Indonesia mengalami peningkatan drastis dalam ekspor besi dan baja secara umum. Beberapa data menunjukkan nilainya meningkat berkali-kali lipat dalam beberapa tahun terakhir. Besi dan baja bahkan menjadi salah satu komoditas nonmigas penyumbang devisa terbesar.
Peringkat Global: Industri baja nasional berhasil menempati peringkat yang signifikan di tingkat dunia (misalnya, peringkat ke-4 dunia untuk ekspor baja secara umum).
Negara Tujuan Utama: Produk baja diekspor ke berbagai negara, termasuk di Asia Tenggara, Timur Tengah, Eropa (seperti Spanyol), dan Amerika Serikat.
2. Faktor Pendorong Utama
Hilirisasi Mineral: Kebijakan hilirisasi nikel yang dicanangkan pemerintah (sejak 2014) menjadi pendorong utama lonjakan ekspor baja. Dari yang awalnya impor, Indonesia bertransformasi menjadi salah satu eksportir terbesar di Asia.
Investasi Global: Masuknya investasi asing (dari Tiongkok, Korea, Jepang, dll.) memperkuat dan memodernisasi industri baja domestik, meningkatkan kapasitas produksi untuk pasar global.
Permintaan Global: Kebutuhan material konstruksi dunia, terutama untuk proyek-proyek besar dan diversifikasi pasokan dari Tiongkok, menjadikan Indonesia alternatif yang menarik.
Keunggulan Produk Baja Ringan: Baja ringan (galvalume & baja lapis seng) menjadi komoditas unggulan karena keunggulannya:
Tahan Korosi: Umumnya memiliki lapisan seng/aluminium.
Kokoh namun Ringan: Ideal untuk berbagai jenis pembangunan.
Mudah Diinstalasi: Mempersingkat waktu dan biaya konstruksi.
Ekonomis: Umur pakai yang panjang dan biaya perawatan terjangkau.
3. Tantangan dan Prospek
Tantangan:
Bahan Baku Impor: Ketergantungan pada impor bahan baku tertentu (seperti kokas dan skrap baja).
Fluktuasi Harga Global: Harga komoditas yang tidak stabil memengaruhi margin keuntungan.
Hambatan Dagang: Penerapan tarif tinggi (seperti yang dilakukan AS) dan isu dumping dari negara tujuan.
Logistik: Keterbatasan infrastruktur logistik di luar Pulau Jawa.
Prospek: Pemerintah dan industri terus berupaya mendukung sektor ini, termasuk fokus pada green steel (baja hijau) dan standarisasi produk untuk memastikan daya saing di pasar global.


PRATIWI ASIA SUKSES BERSAMA © 2025.
All rights reserved.
pratiwiasiasuksesbersama@gmail.com